Pengorbanan dan cinta
“Seseorang tidak akan mulia karena apa
yang ia miliki, tetapi ia akan mulia karena apa yang ia lakukan untuk orang
lain. Dan kamu akan memperoleh hal tersebut dalam indahnya ukhuwah.”
Para Rasul dan Anbiya adalah tauladan
terbaik yang telah membuktikan betapa besarnya pengorbanan yang telah mereka
lakukan untuk menggapai Ridho Allah. Mereka adalah sosok-sosok pilihan yang
selalu memikirkan umatnya. Apa-apa yang telah mereka lakukan ini membuat mereka
mulia di dunia dan di akhirat kelak, baik di hadapan manusia terlebih di
hadapan Allah.
Abu bakar Ash-Shidiq ra adalah sosok
mulia, beliau menginfakkan semua hartanya di Jalan Allah dan atas pengorbanan
yang telah beliau lakukan. Rasulullah telah mengabarkan bahwa ia termasuk
kedalam salah satu sahabat yang telah di janjikan dengan syurga. Semua yang
dilakukan oleh insan-insan mulia tersebut adalah karena adanya cinta kepada
Allah. Cinta yang tercermin dalam perilaku. Cinta yang menggerakkan. Cinta yang
melahirkan cinta. Cinta yang termanivestasikan dalam pengorbanan.
Mencintai yang dicintai oleh yang
Tercinta adalah bagian dari mencintai yang Tercinta. Maka mencintai orang-orang
yang di cintai oleh Yang Maha Mencintai adalah sebuah keniscayaan. Dalam
mencintai mutlak adanya pengorbanan. Pengorbanan yang dilakukan atas dasar
cinta akan memunculkan rasa saling menyayangi dan timbulnya ukhuwah.
Pengorbanan dalam ukhuwah akan menguatkan rasa saling mencintai. Cinta yang
berujung pada keridhoan Allah. Allah sangat mencintai orang-orang yang
berkorban untuk mendapatkan keridhoan-Nya, karena itu menunjukkan cinta sejati
pada Allah. Tidaklah mengherankan apabila salah satu golongan yang akan di
naungi oleh Allah adalah orang yang saling mencintai karena Allah.
Rasulullah saw bersabda: ” Tujuh
orang yang akan dinaungi Alloh dalam naungan-Nya yaitu: Imam (pemimpin) yang
adil, pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah, orang yang hatinya
selalu terikat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah,
berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula, seorang lelaki yang
dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia
menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’, orang yang bersedekah
sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan
kanannya, dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan
airmatanya.” (HR. Bukhari Muslim)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Ada seorang
lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya
Allah mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai
padanya, malaikat itu berkata, ‘Kemanakah engkau akan pergi?’ Lelaki itu
menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.’ Malaikat itu bertanya
lagi, ‘Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?’ Lelaki itu
menjawab, ‘Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Kemudian malaikat
itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepadamu, bahwa
Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.”
Menjadikan orang-orang yang telah
dikenal kemuliaan akhlaqnya sebagai sahabat dapat menjadikan persahabatan
tersebut ibarat sebuah madrasah. Madrasah yang dapat di jadikan sebagai tempat
meningkatkan kualitas diri. Madrasah yang terdapat cinta di dalamnya.
“Dan yang mempersatukan hati mereka
(orang-orang beriman) meskipun engkau membelanjakan semua (kekayaan) yang ada
di muka bumi, niscaya engkau tidak dapat mempersatukannya, akan tetapi
Allah-lah yang telah mempersatukan hati mereka.” (QS Al Anfal: 63)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar